Minggu, 14 Juli 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan
pesatnya perkembangan jaman dan kekayaan kuliner dunia yang semakin beragam.
Mikroba telah dipergunakan untuk membuat berbagai macam makanan dan minuman.
Mikroba atau bakteri yang lebih kita kenal mempunyai peranan yang sangat besar
bagi kehidupan baik menguntungkan maupun merugikan. Mikroba yang menguntungkan
adalah mikroba yang sering digunakan dalam industri. Sedangkan mikroba yang
merugikan biasanya bersifat parasit.
Mikroba
yang menguntungkan banyak digunakan dalam industri pangan maupun industri
lainnya seperti industri alkohol biasanya melalui proses fermentasi. Dalam
proses fermentasi ini menghasilkan senyawa-senyawa yang sangat berguna bagi
kehidupan sehari-hari.
Namun,
selain mikroba yang menguntungkan ada pula mikroba yang merugikan. Dalam
kerusakan produk susu. Mikroba patogen yang umum mencemari susu adalah E. coli
mensyaratkan bakteri E. coli tidak terdapat dalam susu dan produk olahannya.
Selain E.coli, beberapa bakteri patogen yang umum mencemari susu adalah Brucella sp., Bacillus cereus, Campylobacter
sp., Listeria monocytogenes, Salmonella sp., dan Staphylococcus aureus. Maka susu tu sangat rentan akan kerusakan
oleh berbaga macam mikroba.
Selain
berperan dalam kerusakan susu ada pula mikroba yang menjadi penyebab kerusakan
pada minuman kalengan. Proses pengolahan yang kurang sempurna pada makanan
kaleng dapat menyebabkan bahaya yang serius. Kurangnya suhu dan waktu pemanasan
dapat memberi peluang bagi tumbuhnya bakteri Clostridium
botulinum, bakteri yang paling tahan panas dan dapat hidup dalam kondisi
anaerobik (tidak ada udara). BakteriClostridium botulinum menghasilkan racun botulin yang
tergolong jenis neurotoksin, yaitu racun yang dapat menyerang saraf dan
menyebabkan kelumpuhan. Jenis kerusakan
khemis pada makanan kaleng dapat dilihat dari cembungnya kaleng yang disebabkan
oleh pembentukan gas hidrogen.
1.2 Identifikasi Masalah
·
Mikroba
menguntungkan dan merugikan bagi industri makanan
·
Mikroba
menguntungkan dalam industri alkohol
·
Mikroba
yang menjadi penyebab kerusakan pada susu
·
Mikroba
yang menjadi penyebab kerusakan minuman kaleng
1.3 Rumusan Masalah
·
Apa
saja mikroba yang bermanfaat bagi industri pangan?
·
Bagaimana
proses rusaknya susu yang diakibatkan oleh mikroba?
·
Bagaimana
proses rusaknya minuman kaleng oleh mikroba?
·
Apa peran
mikrobiologi menguntungkan dalam pengolahan alkohol?
1.4 Tujuan
·
Mengetahui
jenis mikroba yang menjadi penyebab kerusakan pada produk susu
·
Mengetahui
jenis mikroba apa yang menjadi penyebab kerusakan pada miniman kaleng dan
cirri-ciri fisik yang terlihat pada kaleng.
·
Mengetahui
proses pengolahan alkohol.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Mikroba yang Bermanfaat Bagi industri
Pangan
Banyak mikroba yang menguntungkan
dalam industri pangan. Untuk penyediaan makanan,
bakteri dapat berperan untuk meningkatkan gizi makanan yang lebih lengkap dan
juga pengadaan aroma maupun rasa makanan. Bakteri-bakteri yang berperan di
antaranya.
No.
|
Nama
produk atau makanan
|
Bahan
baku
|
Bakteri
yang berperan
|
1.
|
Yoghurt
|
susu
|
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus
|
2.
|
Mentega
|
susu
|
Streptococcus lactis
|
3.
|
Terasi
|
ikan
|
Lactobacillus sp.
|
4.
|
Asinan
buah-buahan
|
buah-buahan
|
Lactobacillus sp.
|
5.
|
Sosis
|
daging
|
Pediococcus cerevisiae
|
6.
|
Kefir
|
susu
|
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis
|
Dengan adanya peran mikroba pada
bahan pangan ini akan menjadi produk olahan yang memiliki nilai guna yang
lebih. Dari kandungan gizinya pun dengan penambahan mikroba pada makanan olahan
akan lebih banyak.
2.2 Kerusakan
Susu dan Minuman Kaleng Akibat Mikroba
Susu merupakan bahan pangan yang
sangat rentan terhadap mikroba. Mikroorganisme yang berada
dalam susu merupakan faktor utama penyebab terjadinya kerusakan dalam susu.
Jumlah bakteri yang tinggi terjadi pada susu yang penanganannya tidak hygienis
atau pada susu yang diperah dari sapi yang sakit (Lampret, 1974).
Frazier dan Westhoff (1988) menyatakan bahwa kerusakan
akibat aktifitas dan pertumbuhan mikroorganisme biasanya lebih berbahaya
dibandingkan kerusakan-kerusakan lainnya. Kerusakan susu karena aktifitas
mikroorganisme dapat mengakibatkan terbentukya asam, gas, ketengikan,
perombakan protein dan lemak, perubahan bau, rasa dan warna yang tidak disukai.
Mikroorganisme yang ditemukan dalam susu sangat erat
hubungannya dengan penanganan susu. Mikroorganisme yang berada dalam susu
berasal dari badan sapi, kandang, alat-alat pemerah, proses pemerahan dan debu
(Gillmour dan Rowe, 1990). Menurut Soejoedono (1999) pada umumnya jumlah
bakteri yang ada dalam susu dari sapi yang sehat sangat sedikit yaitu kurang
dari 50.000 cfu/ml. Apabila penanganan susu dilakukan dengan baik setelah
prises pemerahan, hal tersebut sudah dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme.
Bakteri
yang sering terdapat di dalam susu adalah:
1.
Bakteri pembentuk asam yaitu Streptococcus
lactis, streptococcus cremoris, Lactobacilli, Mycrobacterium lacticum,
Micrococcuc sp., Mikrococcus terudie dan bakteri koliform.
Bakteri
pembentuk asam
2.
Bakteri pembentuk gas yaitu golongan Enterobacteriaceae dan Pseudomonas
fragi
Bakteri
pembentuk gas
3.
Bakteri pembentuk lendir antara lain Alkakigenes
viscolactis, Aerobacter aerogenes, Streptococcus cremoris danMykrococcus
sp.
Bakteri
pembentuk lendir
4.
Bakteri proteolitik yang dapat memecahkan
protein yaitu Bacillus subtilis, Bacillus cereus var. micoides,
Pseudomonas putrefacien, Pseudomonas viscora dan Streptococcus
liquifaciens.
Bakteri
pemecah protein
5.
Bakteri yang dapat menyebabkan lemak susu
pecah antara lain Pseudomonas flourescens dan Achromobacter
lipolyticum (Varnam dan Sutherland, 1994 ; Pasaribu, 1996).
Bakteri
penyebab lemak susu pecah.
Saat ini begitu banyak produk makanan dan minuman
kaleng yang membanjiri pasaran. Kaleng dipilih orang untuk kemasan makanan
karena sifatnya kedap udara, relatif ringan (lebih ringan daripada gelas yang
mempunyai kekedapan yang sama), mudah dibentuk,
dan tidak mudah pecah. Dengan pengolahan yang aseptik, makanan kaleng memiliki
daya simpan (shelf life) yang lama, sekalipun tidak menggunakan bahan pengawet.
Kerusakan makanan dan minuman kaleng dapat disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain karena proses pengolahan yang kurang sempurna,
faktor mikrobiologis, kimia, cara penyimpanan dll. Proses pengolahan yang
kurang sempurna pada makanan kaleng dapat menyebabkan bahaya yang serius.
Kurangnya suhu dan waktu pemanasan dapat memberi peluang bagi tumbuhnya bakteri Clostridium botulinum,
bakteri yang paling tahan panas dan dapat hidup dalam kondisi anaerobik (tidak
ada udara). BakteriClostridium botulinum menghasilkan racun botulin yang
tergolong jenis neurotoksin, yaitu racun yang dapat menyerang saraf dan
menyebabkan kelumpuhan.
Jenis
kerusakan khemis pada makanan kaleng dapat dilihat dari cembungnya kaleng yang
disebabkan oleh pembentukan gas hidrogen.Kerusakan-kerusakan khemis lainnya
dapat disebabkan oleh adanya interaksi komponen logam kaleng dan bahan makanan
yaitu dapat ditunjukkan oleh adanya pemucatan warna kaleng bagian atas,
pemucatan warna makanan, penyimpangan aroma dan rasa makanan, keruhnya medium makanan,
korosi atau pengkaratan maupun lobang-lobang kecil dari badan kaleng. Makanan dan minuman kaleng yang
disimpan pada suhu rendah dan kering dapat memperpanjang masa simpan dan
sebaliknya penyimpanan pada tempat yang lembab dan basah dapat melahirkan
proses pengkaratan yang tidak diinginkan. Winarno dalam bukunya yang berjudul
Ilmu Pangan (1984) menggolongkan kerusakan makanan kaleng menjadi 4 yaitu:
1. Flat
sour
Dicirikan dengan permukaan kaleng
tetap datar dan tidak mengalami kerusakan apapun, tetapi produk di dalam kaleng
tersebut sudah rusak dan berbau asam yang menusuk. Kerusakan ini disebabkan oleh
aktivitas spora bakteri tahan panas yang tidak terhancurkan selama proses
sterilisasi. Kaleng tidak cembung,
tetapi isinya sangat asam
2. Flipper
Jika
salah satu ujung kaleng ditekan maka ujung lainnya kan mengembung.
3.Springer
Salah Salah satu ujung kaleng tampak
rata dan normal, sedangkan ujung
yang lainnya tampak cembung permanen. Bila bagian yang cembung ini ditekan, maka bagian ujung yang masih rata akan tampak cembung.
yang lainnya tampak cembung permanen. Bila bagian yang cembung ini ditekan, maka bagian ujung yang masih rata akan tampak cembung.
4.Swell (cembung)
Kedua ujung kaleng sudah terlihat
cembung akibat adanya bakteri
pembentuk gas. Swell (cembung) dibedakan menjadi soft swell dan hard swell. Soft Swell, kedua ujung kaleng sudah cembung, namun belum begitu keras sehingga masih bisa ditekan sedikit ke dalam. Hard Swell, kedua ujung permukaan kaleng cembung dan begitu keras sehingga tidak bisa ditekan ke dalam oleh ibu jari.
pembentuk gas. Swell (cembung) dibedakan menjadi soft swell dan hard swell. Soft Swell, kedua ujung kaleng sudah cembung, namun belum begitu keras sehingga masih bisa ditekan sedikit ke dalam. Hard Swell, kedua ujung permukaan kaleng cembung dan begitu keras sehingga tidak bisa ditekan ke dalam oleh ibu jari.
2.3 Mikroba yang Berperan dalam Proses Pengolahan Alkohol
Pengolahan alcohol yang akan dibahas
adalah proses pengolahan alcohol yang berbahan dasar dari tetse tebu atau yang
dinamakan molase. Tetes tebu adalah salah satu hasil samping yang berasal dari
proses pembuatan gula tebu (sukrosa). Tetes masih memiliki nilai ekonomi
karena kandungan gulanya yang tinggi yaitu sekitar 52 persen,
sehingga memungkinkan dijadikan
bahan bak berbagai industri
(Baikow, 1982). Industri
yang memanfaatkan tetes
diantaranya adalah industri
yang menghasilkan produk
distilasi seperti rum, alcohol.
Dalam proses pengolahannya molase diberi bahan tambahan lain dan juga
ditambahkan ragi saccaromyses serivisea
yang berperan dalam proses fermentasi untuk menghasilkan alcohol. Berikut
adalah proses pembuatan alcohol:
1.
Pengenceran Tetes Tebu
Kadar gula
dalam tetes tebu terlalu tinggi untuk proses fermentasi, oleh karena itu perlu
diencerkan terlebih dahulu. Kadar gula yang diinginkan kurang lebih adalah 14
%. Misal: larutkan 28 kg (atau 22.5 liter) molasses dengan 72 liter air. Aduk
hingga tercampur merata. Volume airnya kurang lebih 94.5 L. Masukkan ke dalam
fermentor.
Catatan: jika kandungan gula dalam tetes kurang dari 50%, penambahan air harus disesuaikan dengan kadar gula awalnya. Yang penting adalah kadar gula akhirnya kurang lebih 14%.
Catatan: jika kandungan gula dalam tetes kurang dari 50%, penambahan air harus disesuaikan dengan kadar gula awalnya. Yang penting adalah kadar gula akhirnya kurang lebih 14%.
2. Penambahan Urea dan NPK
Urea dan NPK berfungsi sebagai nutrisi
ragi. Kebutuhan hara tersebut adalah sebagai berikut:
a. Urea sebanyak 0.5% dari kadar gula dalam larutan fermentasi.
b. NPK sebanyak 0.1% dari kadar gula dalam larutan fermentasi.
Untuk contoh di atas, kebutuhan urea adalah sebanyak 70 gr dan NPK sebanyak 14 gr. Gerus urea dan NPK ini sampai halus, kemudian ditambahkan ke dalam larutan molasses dan diaduk.
a. Urea sebanyak 0.5% dari kadar gula dalam larutan fermentasi.
b. NPK sebanyak 0.1% dari kadar gula dalam larutan fermentasi.
Untuk contoh di atas, kebutuhan urea adalah sebanyak 70 gr dan NPK sebanyak 14 gr. Gerus urea dan NPK ini sampai halus, kemudian ditambahkan ke dalam larutan molasses dan diaduk.
3. Penambahan Ragi
Bahan aktif ragi roti adalah khamir Saccharomyces cereviseae yang dapat
memfermentasi gula menjadi etanol. Ragi roti mudah dibeli di toko-toko
bahan-bahan kue atau di supermarket. Sebaiknya tidak menggunakan ragi tape,
karena ragi tape terdiri dari beberapa mikroba. Kebutuhan ragi roti adalah
sebanyak 0.2% dari kadar gula dalam larutan molasses. Untuk contoh di atas
kebutuhan raginya adalah sebanyak 28 gr.
Ragi roti diberi air hangat-hangat kuku secukupnya. Kemudian diaduk-aduk perlahan hingga tempak sedikit berbusa. Setelah itu baru dimasukkan ke dalam fermentor. Fermentor ditutup rapat.
Ragi roti diberi air hangat-hangat kuku secukupnya. Kemudian diaduk-aduk perlahan hingga tempak sedikit berbusa. Setelah itu baru dimasukkan ke dalam fermentor. Fermentor ditutup rapat.
4. Fermentasi
Proses fermentasi akan
berjalan beberapa jam setelah semua bahan dimasukkan ke dalam fermentor. Kalau
anda menggunakan fermentor yang tembus padang (dari kaca misalnya), maka akan
tampak gelembung-gelembung udara kecil-kecil dari dalam fermentor.
Gelembung-gelembung udara ini adalah gas CO2 yang dihasilkan selama proses
fermentasi.
Kadang-kadang
terdengar suara gemuruh selama proses fermentasi ini. Selama proses fermentasi
ini usahakan agar suhu tidak melebihi 36oC dan pH nya dipertahankan 4.5 – 5.
Proses fermentasi berjalan kurang lebih selama 66 jam atau kira-kira 2.5 hari.
Salah satu tanda bahwa fermentasi sudah selesai adalah tidak terlihat lagi
adanya gelembung-gelembung udara. Kadar etanol di dalam cairan fermentasi
kurang lebih 7% – 10 %.
5. Distilasi dan Dehidrasi
Setelah proses
fermentasi selesai, masukkan cairan fermentasi ke dalam evaporator atau boiler.
Panaskan evaporator dan suhunya dipertahankan antara 79 – 81oC. Pada suhu ini
etanol sudah menguap, tetapi air tidak menguap. Uap etanol dialirkan ke
distilator. Bioetanol akan keluar dari pipa pengeluaran distilator. Distilasi
pertama, biasanya kadar etanol masih di bawah 95%. Apabila kadar etanol masih
di bawah 95%, distilasi perlu diulangi lagi (reflux) hingga kadar etanolnya
95%.
Apabila kadar
etanolnya sudah 95% dilakukan dehidrasi atau penghilangan air. Untuk
menghilangkan air bisa menggunakan kapur tohor atau zeolit sintetis. Tambahkan
kapur tohor pada etanol. Biarkan semalam. Setelah itu didistilasi lagi hingga
kadar airnya kurang lebih 99.5%. Maka akan dihasilkan alcohol.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mikroba yang menguntungkan itu
sangat berperan baik dalam industri pengolahan pangan. Selain salam industri
pangan juga berperan dalam proses pembuatan etanol (alkohol). Namun dalam
industri pangan pun terdapat banyak mikroba yang merugikan sehingga menyebabkan
kerusakan pasa bahan pangan tersebut.
3.1 Kritik dan Saran
Dalam penyusunan makalah ini tentu
saja masih terdapat begitu banyak kesalahan. Diharapkan kritik dan saran dari
para pembaca untuk perbaikan kedepannya. Dan semoga bermanfaat bagi kita semua.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar